Probolinggo, kuasarakyat.com – Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, KH. Moh. Zuhri Zaini, mengungkapkan bahwa esensi dari tasawuf adalah pelaksanaan tugas manusia sebagai hamba Allah dalam menjalankan ibadah.
Dalam kuliah tasawuf ke-VI yang diselenggarakan oleh Lembaga Pembinaan Pondok Mahasiswa (LP.POMAS) Universitas NurulJadid di Paiton, Probolinggo, pada Kamis (21/12/2023), KH. Moh. Zuhri Zaini menyoroti pentingnya tunduk, patuh, dan pasrah kepada perintah Allah saat beribadah.
“Ibadah merupakan jalan untuk menuju Allah, dan kita perlu menyadari bahwa kita sedang berjalan menuju-Nya. Sadar atau tidak, kita pasti akan kembali kepada Allah,” ujar KH. Moh. Zuhri Zaini.
Meskipun demikian, beliau menekankan bahwa tidak semua orang menyadari bahwa mereka akan kembali kepada Allah. Ada yang mungkin tidak percaya atau kurang peduli terhadap akhirat. Menurut beliau, persiapan untuk menghadap Allah menjadi hal yang penting, sebagaimana diilustrasikan dengan perbandingan antara santri yang pulang membawa prestasi dengan santri yang pulang dalam keadaan buruk dari pesantren.
Pengampuhan terhadap kehadiran Allah tidak hanya dilihat dari segifisik, tetapi juga dari segi batin dan kedekatan hati. KH. Moh. Zuhri Zaini mengingatkan bahwa persiapan diri yang baik, terutama melalui kewajiban seperti Sholat, menjadi modal utama untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Dalam konteks perjalanan spiritual menuju Allah, KH. Moh. Zuhri Zaini memperkenalkan dua konsep penting, yaitu maqamat dan ahwal. Maqamat, yang berasal dari kata maqam, mengacu pada tempat, kedudukan, dan derajat. Sementara itu, ahwal mencakup pencapaian spiritual atau kondisi batin dalam perjalanan menuju Allah.
Menurut beliau, ada ulama yang membedakan antara maqamat yang dapat diupayakan dengan ahwal yang tidak. Sebagai contoh, taubat dianggap sebagai maqam tingkatan pertama dalam perjalanan spiritual, yang menuntut pemahaman akan ilmu sebagai bekal awal. KH. Moh. Zuhri Zaini memberikan contoh melalui kisah Syekh Abdul Qodir Jaelani yang mampu mengidentifikasi godaan setan berkatpengetahuannyatentangsifat-sifat Allah.
Dalam konteks beribadah kepada Allah, pengetahuan tentang ilmui badah, akidah, dan akhlak menjadi penting. KH. Moh. Zuhri Zaini mendorong pentingnya mencari ilmu sebagai perintah dari Allah, dan bahwa ilmu yang dimiliki harus diamalkan.
“Jika kita murni mencari ilmu karena Allah, ilmu itu akan diamalkan. Sebaliknya, jika tidak diamalkan, itu berarti mencari ilmu bukan karena Allah,” tegas beliau.
Terakhir, beliau mengingatkan bahwa taubat atau berbenah diri merupakan langkah pertama dalam mencari ilmu ibadah, sehingga perbuatan baik yang dilakukan setelah berbuat maksiat memiliki makna yang lebih mendalam jika diiringi dengan taubat dan penghentian perbuatan maksiat.
Dengan demikian, kuliah tasawuf ini memberikan pemahaman mendalam tentang perjalanan spiritual dan persiapan menuju Allah, menekankan pentingnya ilmu, taubat, dan amal perbuatan baik sebagai bagian integral dari kewajiban manusia sebagai hamba Allah.