Jember, Kuasarakyat.com – Keberadaan wayang sebagai salah satu kearifan lokal tanah Jawa terus bertahan di tengah kemajuan zaman. Wayang masih terus dilestarikan sebagai wadah untuk hiburan hingga media pembelajaran.
Salah satu pengrajin wayang adalah Heppy Firman Andika, warga Desa Dukuh Dempok, Kecamatan Wuluhan. Selama 10 tahun, pria tersebut sudah menekuni kerajinan wayang. Hal itu dilakukan sebagai upaya untuk melestarikan wayang itu sendiri.
Awalnya, Heppy dikenalkan wayang kulit oleh bapaknya. Dia sering diajak dalam acara pagelaran wayah di daerah wuluhan.
Saat itu, dia mulai mengenal dan mencintai wayang kulit sejak masih TK. Setelah itu, Heppy belajar membuat wayang dengan media kertas sedari kecil.
“Awalnya hanya diajak bapak melihat pagelaran wayang, namun lambat laun saya merasa tertarik untuk melestarikan budaya asli Indonesia,” kata dia.
Sejak tahun 2010, Heppy mulai serius menjadikan usaha pembuatan wayang kulit sebagai pekerjaan utamanya. Dalam perjalannya heppy belajar membuat wayang kulit hingga keluar daerah, agar hasil karya yang dihasilkan bisa lebih maksimal.
Satu wayang kulit dijual dengan harga terendah Rp 1 juta sampai Rp 4 juta. Tergantung dari nilai pahatan dan bahan yang digunakan seperti kulit kerbau atau kulit sapi.
Dia memasarkan produknya melalui media sosial, terutama facebook. untuk menawarkan wayang bikinannya, Heppy membuat akun facebook dan mengikuti grup-grup wayang kulit.
“Penjualan produk wayang kulit buatan kami sudah sampai hingga malaysia , namun untuk indonesia sendiri hingga pulau kalimantan, sumatra,” Tambahnya.
Pada tahun 2012, Heppy mulai belajar menjadi seorang dalang. Ia belajar kepada Yani, seorang dalang asal Desa Tanjungrejo, Kecamatan Wuluhan. Selain sebagai pengrajin, dia juga sudah bisa menjadi seorang dalang. (Bryan/Bs)