Jember, kuasarakyat.com – Harga pakan ikan Lele (Konsentrat) yang mahal, serta kualitas pakan yang menurun, dikeluhkan sejumlah peternak Lele, seperti yang disampaikan Ebi Basuni salah satu peternak asal Desa Gunungsari Umbulsari Jember.
Menurut Basuni (panggilan Ebi Basuni), dalam 3 tahun terakhir, harga konsentrat terus mengalami kenaikan, namun meski harga terus naik, kualitas pakannya mengalami penurunan, sehingga hal ini mempengaruhi hasil panen ikan lelenya.
“Sejak 2019, harga pakan lele terus mengalami kenaikan, bahkan saya hitung hitung sudah 6 kali, dulu harga pakan per saknya, atau 30 kilo gram, untuk pakan nomor 1 harganya 319 ribu, dan yang nomor 2 harganya 308 ribu,” ujar Basuni.
Namun harga pakan tersebut saat ini, untuk yang nomor satu naik menjadi 336 ribu, yang nomor 2 menjadi 337 ribu. “Selain harga mahal, kualitasnya juga menurun mas, dulu per 1000 ekor Lele dengan pakan 30 kg kosentrat bobotnya bisa meningkat sebanyak 24 kg, tetapi sekarang tidak sampai segitu, kalau bahasanya pabrik bahan pembuatan pakan sekarang mahal, sehingga asupan gizi dikurangi”, imbuhnya.
Kualitas pakan yang menurun juga menjadi keresahan yang dialami oleh peternak Lele, disamping harga pakan yang terus melambung. Jika sebelumnya per 1000 ekor lele dengan masa panen 3 bulan, peternak bisa mendapat keuntungan sebesar 550.000, saat ini hanya kisaran 80 sampai 150 ribu.
“Karena gizi di konsentrat berkurang, otomatis juga mempengaruhi bobot ikan, istilahnya kekurangan gizi sehingga keuntungan pun juga berkurang,” beber Basuni.
Basuni menambahkan, keuntungan sebesar 80 ribuan per 1000 ekor lele ini pun bisa diraih oleh mereka yang sudah paham betul cara beternak lele. “Kondisi untung sekecil itu dapat dicapai apabila pemelihara telah lihai dan berpengalaman dalam mengelola, kalau masih pemula, ya jangan harap bisa mendapat untung sebesar itu,” jelasnya.
Belum lagi jika ikan lele yang diternak banyak yang mati, bukan untung yang didapat malah rugi. Karena menurut perhitungan, ternak Lele per 1000 ekornya, mulai tebar benih sampai panen, dengan pakan 90 kg kosentrat membutuhkan modal satu juta, bisa dibilang rugi. “untung 150.000 per 1000 ekornya kan pantas disebut sebagai ongkos perawatan, bukan untung, setidaknya kan 550.000”, paparnya.
Kondisi pakan seperti itu tidak diimbangi dengan harga jual Lele yang baik. Malahan dengan adanya kebijakan pemerintah terkait Covid 19, menjadikan pemasaran semakin hancur. Sekalipun begitu, usaha ternak lele ia pertahankan dengan keuntungan minimal sekali, karena memang sekedar dijadikan sampingan, “Kalau dibuat kebutuhan pokok ya gak nutut,” pungkas Basuni. (Arif/Ma)