Indeks

Siswa di Jember Meninggal Usai Suntik Vaksin, Dinkes: Karena Penyebab Lain

Comment1,662 views
  • Share
Foto Ilustrasi Vaksinasi

Jember, Kuasarakyat.com – Ananda Rahel Pratama (15) siswa kelas X SMA Negeri 1 Kencong meninggal pasca mengikuti suntik vaksin covid-19 pada 10 September 2021 lalu.

Menurut Ahmad Soleh Yusuf, kakek korban, cucunya tidak memiliki riwayat penyakit, bahkan cucunya yang hobi bermain sepak bola bisa dikatakan sehat. Namun 9 hari setelah ikut suntik vaksin, atau tepatnya pada Minggu 19 September, cucunya mengalami kram pada kakinya dan bengkak.

“Cucu saya itu sehat, bahkan untuk keliling lapangan 60 kali dia mampu, cuma 9 hari setelah vaksin, cucu saya mengalami kram dan kakinya bengkak, bahkan untuk berjalan terseok seok seperti orang stroke,” ujar Soleh saat menceritakan kepada wartawan Senin (4/10/2021).

Melihat kondisi korban yang terus memburuk, keluarganya membawa korban untuk menjalani perawatan di RSUD Balung, namun setelah mendapatkan perawatan beberapa hari nyawa korban tidak tertolong dan dinyatakan meninggal dunia.

Soleh juga menjelaskan, pihaknya menerima kematian cucunya sebagai musibah, namun pihaknya menyesalkan sikap pihak tenaga medis dari Puskesmas Cakru yang melakukan vaksin terhadap cucunya, saat takziah dirumah duka, dimana sikap dari tenaga medis dinilai tidak memberi rasa simpati, namun malah marah marah dan arogan kepada keluarganya.

“Saat itu pihak puskesmas datang ke rumah takziah. Nah mestinya saat takziah kan memberikan rasa simpati. Tapi yang terjadi malah terkesan menantang dan marah-marah,” kata Soleh.

Soleh mengatakan, bentuk arogan yang dilakukan pihak puskesmas adalah saat Soleh menyampaikan kondisi cucunya yang meninggal, setelah melakukan vaksin. “Saya tidak tahu vaksinnya pakai apa, tapi saat itu setelah vaksin cucu saya merasa tidak enak badan,” katanya.

Sikap arogan dari petugas yang takziah ke rumah korban, menurut Soleh yang kurang etis dan tidak beretika. “Saat kami beri penjelasan petugas bilangnya gini, iya saya salah terus mau minta apa? dan pernyataan ini diucapkan berulang ulang, sehingga saya emosi, saya sempat bilang kok gak sopan,” Papar Soleh menirukan ucapan petugas puskesmas.

Soleh juga menjelaskan, jika setelah vaksin, cucunya juga mengalami suhu badan tinggi dan pusing, atau istilah dalam medis disebut KIPI (Kondisi Pasca Imunisasi). “Iya itu (panas dan pusing). Apalagi sekitar 9 hari setelah divaksin kondisinya tidak membaik, riwayat penyakit tidak ada, cucu saya itu pemain bola,” ungkap Soleh.

Soleh mengatakan, ia membawa cucunya karena dalam surat (sertifikat vaksin) yang dibawa cucunya tidak ada nomor telpon yang tertera untuk dihubungi, jika ada gejala setelah vaksin. “Karena bingung mau dibawa kemana, di surat itu (lembaran pasca vaksin) juga tidak ada nomor (ponsel) yang bisa dihubungi. Akhirnya sama neneknya dan Paklek nya ke RS Balung, namun yang paling saya sesalkan adalah sikap dari petugas medis yang datang ke rumah,” katanya.

Sementara Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jember Lilik Lailiyah, saat dikonfirmasi media ini pada Selasa (5/10/2021) mengatakan, bahwa terkait kasus ini, pihaknya saat ini sudah melakukan investigasi dan melakukan tindakan dengan memberikan teguran kepada petugas Puskesmas.

Namun dari penjelasan pihak rumah sakit, Lilik menyatakan, bahwa dalam rekam medic yang diterimanya, korban bukan meninggal karena vaksin, namun ada penyebab lain. “Kalau soal karena vaksin, dalam laporan medic yang dikeluarkan pihak RSUD ke kami menyebutkan, jika pasien meninggal bukan karena vaksin, namun ada penyebab lain, seperti uterus korban dan beberapa factor lain yang tidak bisa kami jelaskan, karena hal ini masuk dalam rekam medic,” ujar Lilik.

Lilik juga menjelaskan, bahwa sebelum korban menjalani vaksin, pihaknya Puskesmas juga sudah melakukan SOP sesuai prosedur, yakni melakukan screening terlebih dahulu kepada warga yang akan menjalani vaksin.

“Petugas vaksin juga sudah melakukan screening, serta memberikan pertanyaan melalui kuisioner kepada warga, jika memiliki riwayat sakit, tentu akan ada tindakan dari petugas, apakah yang bersangkutan boleh ikut vaksin apa tidak, namun tidak sedikit warga yang menutup hal ini, karena ingin mendapatkan sertifikat vaksin,” pungkas Lilik. (Ma/Bs)

Writer: MaEditor: Bs
Comment1,662 views
  • Share
Exit mobile version