Jember, Kuasarakyat.com – Kekerasan seksual terhadap anak di Kabupaten Jember masih kerap terjadi. Bahkan, pelakunya berasal dari beragam kalangan, salah satunya orang terdekat. Tak hanya itu, jumlah kasus ini terus meningkat setiap tahunnya.
Berdasarkan data Pusat Perlindungan Terpadu (PPT) t Datang di situs Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB), kasus kekerasan seksual terhadap anak sejak Januari hingga Juni 2021 sebanyak 34 kasus. Sedangkan kasus kekerasan seksual pada perempuan dewasa sebanyak 6 kasus.
Jumlah ini berpotensi lebih meningkat dibanding tahun 2020. Yakni selama Januari-Desember 2020, terdapat 57 kasus. Sedangkan kekerasan seksual pada perempuan dewasa sebanyak 6 kasus.
Koordinator PPT DPA3KB Jember Solihati menilai pemahaman orang tua tentang kekerasan seksual masih minim. Salah satu penyebabnya karena pendidikan tentang seks yang jarang dilakukan.
Selain itu, banyak orang tua yang tidak memiliki waktu untuk mendampingi anak. Ada yang sibuk dengan karir untuk warga perkotaan. Begitu juga dengan masyarakat pedesaan, disibukkan dengan mencari nafkah untuk keluarganya.
Dia menilai edukasi tentang kekerasan seksual pada anak harus dilakukan secara menyeluruh. Orang tua harus memahami tentang ancaman kekerasan seksual pada anak. Sebab, masalah yang terjadi cukup kompleks.
Tak hanya pada orang tua, pendidikan seksual pada anak juga penting agar mereka bisa menjaga diri. Misal, mengajarkan anak mengatakan tidak untuk menerima apa pun jika tidak bersama orang tua.
“Seperti diberi uang dari orang tidak kenal, ajari untuk tidak diterima,” terangnya Kamis (29/7/2021).
Dia mengatakan banyak modus yang dilakukan oleh orang untuk mengelabui anak. Seperti mengiming-imingi untuk memberi hadiah atau uang. “Ajarkan juga anak mengatakan tidak bila diajak oleh orang yang tidak dikenal,” tegasnya.
Selain itu, juga perlu mengajarkan anak untuk berteriak apabila dipaksa. Tak kalah penting, orang tua harus mengawasi segala kegiatan anak, baik di rumah maupun di lingkungan sekitar. “Ajari juga anggota tubuh yang tidak boleh dipegang oleh siapapun, seperti payudara,” papar dia.
Orang Tua Jadi Sahabat Anak
Hal yang lain yang harus diperhatikan adalah orang tua harus menjadi sahabat bagi anak, menjalin komunikasi yang baik dengan mereka. Kemudian melakukan kontrol pada anak terkait pertemanan mereka.
“Berikan ruang anak bertemu dengan temannya di rumah,” imbuhnya.
Ketika orang tua menjadi menjadi sahabat, kata dia, semua kegiatan dan keluh kesah anak diceritakan pada orang tua. Selama ini, korban kekerasan kerap menyembunyikan diri. Dia tidak berani mengatakan pada orang tua, kecuali sudah dipaksa.
Kondisi ini akan berbeda ketika orang tua menjadi sahabatnya, sang anak akan dengan mudah untuk bercerita tentang kejadian yang menimpa dirinya.
Pelecehan seksual terhadap anak, kata dia, mulai dari perlakukan yang tidak senonoh, seperti meraba-raba perempuan, melakukan tindakan asusila, bahkan mengolok-ngolok. Bahkan, salah satu faktor penyebabnya karena terpengaruh tontontan yang tidak layak di media.
Terutama konten media sosial yang kerap tidak terkontrol. Anak –anak meniru adegan yang tidak pantas itu.
Dia menambahkan orang tua memiliki peran yang besar untuk mencegah terjadinya aksi kekerasan pada anak. Untuk itu, mereka harus memberikan contoh yang baik agar tidak terpengaruh dengan tingkah laku negatif orang tua. “Misal orang tua tidak berpelukan yang tidak wajar di depan anak,” imbuhnya. (bs)