Indeks

Prabowo antara Teh Manis Sunhaji dan Teh Pahit Gus Miftah

Comment370 views
  • Share

Oleh Moch Eksan

Presiden Prabowo Subianto dihadapkan pada posisi dilematis dalam menghadapi kasus Miftah Maulana Habiburrahman dan Sunhaji. Kasus candaan Gus Miftah kepada penjual teh yang dinilai merendahkan. Kata “goblok” yang disematkan pada Sunhaji dianggap menghina oleh banyak kalangan.

“Es tehmu Sik akeh nggak? Masih? Ya udah dijual lah goblok”, teriak Gus Miftah kepada penjual es teh keliling di tengah jamaah pengajian. Candaan ini membuat para tokoh di atas panggung dan para jamaah tertawa terpingkal pingkal. Potongan video ini kemudian menyulut kemarahan publik.

Banyak komentar nitizen melihat bahwa tak pantas seorang dai sekaligus pejabat negara memperlakukan wong cilik yang sedang mencari nafkah sedemikian rendah.

Pasca video Gus Miftah itu viral, bermunculan desakan publik untuk meminta maaf dan mundur dari jabatan Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan. Semua desakan tersebut dipenuhi oleh Gus Miftah. Ini benar-benar teh pahit bagi Gus Miftah lantaran sabgul lisan (salah ucap) yang melukai perasaan rakyat kecil.

Sementara, Sunhaji justru kebanjiran simpati dari khalayak ramai. Banyak yang memberi bantuan modal uang, beasiswa bagi anaknya, hadiah rumah, dan paket umroh sekeluarga. Ini nyata-nyata teh manis bagi Sunhaji lantaran diledek justru banyak menerima rezeki tak disangka-sangka.

Sekilas persoalan Gus Miftah dan Sunhanji adalah candaan yang remeh temeh. Tetapi sesungguhnya, hal ini menyangkut interrelasi antara ulama dan umat, serta antara pemimpin, pejabat dan rakyat. Bagaimana agama dan konstitusi mengatur hubungan tersebut.

Gus Miftah itu ulama yang memiliki peran penting dan strategis dalam agama. Ulama itu berperan sebagai pengawal akidah dan akhlak Umat, pemersatu umat, pelopor dakwah, penyebar ilmu agama, dan panutan umat.

Sedang Sunhaji itu umat yang menempatkan ulama sebagai pewaris nabi. Mereka sekelompok orang yang mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW, baik dalam kehidupan beragama, berbangsa maupun bernegara. Mereka khairuh umat (umat terbaik) yang dilahirkan sebagai contoh bagi umat manusia.

Sangat jelas, candaan yang sarkasme menurunkan posisi ulama di mata umat. Sebab, ulama yang semacam itu tak bisa dijadikan panutan dalam bertutur kata yang baik. Tanpa budi perkerti yang baik, ulama kehilangan legitimasi moral yang menjadi misi utama nabi dan para pewarisnya dalam menyempurnakan akhlak manusia.

Selain itu, kasus Gus Miftah dan penjual teh ini juga menyeret Prabowo sebagai pemimpin, Gus Miftah sebagai pejabat dan Sunhaji sebagai rakyat. Memang, semua adalah warga negara. Dimana konstitusi menggariskan seluruh warga negara tanpa terkecuali di depan hukum dan pemerintah memiliki kedudukan yang sama.

Namun dalam negara demokrasi, rakyat adalah pemegang kedaulatan tertinggi. Para pemimpin yang dipilih melalui pemilu bersumber dari dukungan rakyat. Sehingga, sejatinya tuan dari presiden, menteri kabinet, para pejabat, aparatur negara serta anggota dewan adalah “rakyat”.

Tegasnya, Sunhaji adalah tuan dari Prabowo dan Gus Miftah. Mereka adalah pelayan rakyat yang memiliki tugas dan kewajiban untuk memenuhi segala kebutuhannya, baik jasmani maupun rohani. Karena itu, suatu kesalahan besar memperlakukan Sunhaji dengan rendah.

Prabowo sudah menegur Gus Miftah agar lebih menghormati rakyat kecil. Presiden sendiri dalam berbagai pernyataannya, “saya lebih menghormati pedagang kaki lima”. Hal ini berarti, penjual teh keliling adalah pedagang kecil yang tentu sangat dihormati oleh presiden yang bertekad bekerja untuk rakyat.

Akhirnya, saya kutipkan pernyataan Umar Bin Khattab, “Dari begitu banyak sahabat, aku tak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah. Aku memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa. Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezeki, tapi tidak menemukan rezeki yang lebih baik daripada sabar”.

Moch Eksan adalah Pendiri Eksan Institute dan Penulis Buku Kerikil di Balik Sepatu Anies.

BACA JUGA : https://kuasarakyat.com/presiden-putra-sang-mahaguru-mengapresiasi-guru/

Comment370 views
  • Share
Exit mobile version