Indeks

Trump, Imlek dan Rencana Relokasi Penduduk Gaza ke Indonesia

Comment302 views
  • Share

Oleh Moch Eksan

Donald Trump kini telah resmi menjabat Presiden Amerika Serikat ke-46 kembali semenjak 20 Januari 2025. Ini jabatan periode kedua bagi presiden kontroversial ini. Trumponomik dan ultraamerikan yang acapkali jadi pemicu perselisihan dan pertentangan dengan negara lain.

Trumponomik adalah kebijakan ekonomi Amerika yang mengedepankan deregulasi, proteksionisme produk dalam negeri dan pemotongan pajak. Kebijakan ini yang menyebabkan perang dagang antara Amerika dan China.

Peningkatan tarif biaya bagi produk luar negeri yang masuk ke pasar Amerika telah mengurangi transaksi nilai impor. Kebijakan ini untuk melindungi pasar produk dalam negeri, sehingga ekonomi Amerika berdaulat. Tapi, kebijakan proteksionisme ini melanggar berbagai perjanjian perdagangan bebas yang berlaku di dunia.

Padahal, perdagangan bebas dirintis untuk meningkatkan daya saing dan harga produk yang lebih murah serta terjangkau oleh kemampuan daya beli masyarakat dunia. Pasar dunia lebih menguntungkan konsumen dengan ketersediaan produk yang lebih berkualitas dengan berharga murah.

Sayangnya, Amerika sebagai bapak kapitalisme global justru tak konsisten dengan perdagangan bebas, sebab perdagangan bebas seperti senjata makan tua. Biaya produksi yang mahal lantaran rezim upah buruh yang tinggi serta penggunaan hightech yang mengurangi tenaga manusia, menimbulkan kontraksi dalam ekonomi Amerika.

Trumponomik ternyata menimbulkan kelesuan ekonomi yang berdampak pada peningkatan pemutusan hubungan kerja (PHK) para karyawan, pengangguran terbuka, pengurangan kemampuan daya beli masyarakat, devaluasi nilai perdagangan dunia dan seterusnya.

Dengan pelantikan Trump sebagai presiden AS, terasa hantu Trumponomik di atas menimbulkan kekhawatiran dan ketakutan bagi pelaku ekonomi global. AS dalam berapa hal mulai kehilangan keperkasaan ekonominya dan kalah dengan China yang cerdas menumpangi perdagangan bebas dengan produk yang lebih kompetitif.

Imlek yang jatuh pada tanggal 29 Februari 2025, justru menjadi momen mengingatkan Trump bahwa warga keturunan China Amerika yang jumlahnya sudah tembus 5,6 juta adalah kelompok yang paling rentan dari Trumponomik Sang Presiden.

Seorang pengusaha keturunan China Amerika yang memiliki perusahan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi terbesar di dunia, justru lebih memilih merayakan Imlek di negeri leluhur daripada menghadiri acara pelantikan Trump sebagai presiden. Pengusaha itu bernama Jensen Huang, CEO NVIDIA. Ia tak kalah besar kontribusi ekonominya bagi Amerika layaknya Bill Gates, Elon Musk, Mark Zuckerberg dan lain sebagainya.

Sementara itu, ultraamerikan adalah pandangan, sikap dan tindakan Trump yang merasa Amerika bangsa yang paling unggul. Bangsa lain dipandang lebih rendah yang wajib mengekor pada kebudayaan dan peradaban Amarika.

Ultraamerikan ini sumber kebijakan razisme dan anti imigrasi dari negara yang terlibat perang. Sedang perang sendiri di berbagai belahan dunia tak lepas dari perebutan pengaruh Tripolar dunia, Amerika, Rusia dan China. Tiga negara adidaya dunia tersebut selalu cawe-cawe dari setiap peperangan yang ada.

Bantuan persenjataan dan kemanusiaan lazim bermotif kepentingan nasional dalam menguasai sumberdaya energi dunia. Agama dan supremasi historis sekadar bungkus untuk menyembunyikan keserakahan politik dan ekonomi global.

Perang suci apapun dalam sepanjang sejarah dunia tak bisa menghindari kerusakan, kehancuran dan malapetaka kemanusiaan. Gaza adalah contoh yang paling anyar dari kemusnahan kota beserta para penduduknya yang lululantah karena perang atas nama jihad dan perjuangan kemerdekaan.

Jujur harus diakui, perang Gaza tak memberikan keuntungan apapun bagi Palestina dan Israel. Kecuali kehilangan masa depan tanpa harapan berdirinya darus-salam dari agama dan semua anak keturunannya Nabi Ibrahim AS. Perang telah menimbulkan keberangkutan moral dan etika agama-agama samawi di hadapan mahkamah sejarah manusia.

Apalagi, kesepakatan genjatan senjata antara Hamas dan Israel yang diprakarsai oleh Amerika menyimpan niat busuk untuk mengusir penduduk Gaza dari negerinya sendiri. Trump ternyata benar-benar sekutu setia Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, membawa misi zionisme global.

Pemerintah Amerika mengusulkan 2 juta pengungsi Gaza direlokasi ke Indonesia. Rencana ini jelas untuk pemulusan agenda pencaplokan bangsa Palestina oleh Israel. Dengan demikian AS sebagai polisi dunia telah membuat rencana menguntungkan Israel. Bahkan Negeri Paman Sam ini sepert menggelar karpet merah bagi sebesar-besarnya kebesaran Zionis Israel.

Pemerintahan Indonesia tak boleh diam dengan rencana gila Trump. Ini tampak terang merugikan dengan memindah bara api konflik ke negara damai Indonesia. Relokasi ini pasti menambah pekerjaan rumah (PR) bagi Presiden Prabowo dalam mengelola Indonesia menjadi negara maju nan sejahtera.

Alhasil, pelatikan Trump kemarin, membawa aura negatif pada wajah dunia. Planet bumi beserta para penghuninya harus semakin mendekatkan diri kepada Sang Pemilik Bumi dan Langit, agar dlindungi dari segala niat dan perbuatan jahat yang bisa merugikan seluruh umat manusia.

Dalam konteks ini, Prabowo sebagai pemimpin dunia penyeru perdamaian yang mewakili suara wilayah negara Selatan-selatan ditunggu untuk mengingatkan Trump dengan gagah dan berani. Bahwa dunia butuh kearifan dan ketauladanan Amerika dalam melaksanakan politik luar negeri yang berkeadilan.

Trump relatif respek terhadap Prabowo sebagai presiden Indonesia yang terlahir dari pergulatan demokrasi terbesar ketiga dunia. Ia pemimpin yang memecah rekor popular vote terbesar di kolong jagad. Trump pun juga tak bisa mengalahkan rekor Prabowo. Trump menang dengan 77.3 juta suara dan Prabowo menang dengan 96.2 juta suara.

Trump memuji Bahasa Inggris Prabowo. Dan bahasa ini pula yang bakal memudahkan Prabowo menyampaikan pesan damai dari kekhawatiran dunia terhadap Trumponomik dan ultraamerikan dari Trump itu sendiri. Bahwasannya dunia butuh selamat dari lisan dan tangan Trump yang terkadang mengoyak perdamaian dunia. Semoga!

Moch Eksan adalah Pendiri Eksan Institute

Comment302 views
  • Share
Exit mobile version