Dampak  Covid-19 pada Penderita HIV/AIDS dan Waria, Kesulitan Berobat hingga Susah Dapat Kondom

Comment2,186 views
  • Share
Prof. Linda Rae Bennett dari Universitas of Melbourne dalam webinar pertemuan ilmiah keluarga berencana dan kesehatan reproduksi yang diselenggarakan oleh Pusat Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan, UGM bersama dengan Rutgers Indonesia Selasa (29/6/2021).

 

 Jember, Kuasarakyat.com – Hampir semua elemen  masyarakat mengalami dampak pandemi Covid-19. Mulai dari kehilangan pekerjaan, kesulitan mendapat pangan dan layanan kesehatan.

Hanya saja, perhatian terhadap  kelompok rentan masih terbatas. Seperti remaja, penderita HIV/AIDS atau ODHA serta transpuan atau waria. Mereka mengalami kesulitan dalam  akses layanan kesehatan hingga kependudukan.

Hal ini disampaikan oleh oleh  Prof. Linda Rae Bennett dari Universitas of Melbourne dalam webinar  pertemuan ilmiah keluarga berencana dan kesehatan reproduksi yang diselenggarakan oleh Pusat Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan, UGM bersama dengan Rutgers Indonesia Selasa (29/6/2021).

Menurut Linda, komunitas rentan yang diteliti meliputi remaja, ODHA, dan transpuan. Mereka rentan mengalami  hambatan struktural. Seperti stigma, pendapat yang tidak pasti di sektor informal serta kurangnya identits resmi dan dukungan keluarga.

“Dampak yang dirasakan oleh semua kelompok, yang pertama kehilangan pendapatan,” kata dia.   Dampak ini juga dirasakan oleh semua warga dunia yang terkena covid-19.

Dampak kedua, yakni  berkurangnya mobilitas karena kehilangan pendapatan, karena aturan jarak sosial serta  pilihan tranportasi yang berkurang.

“Orang juga takut  tertular covid-19 di layanan kesehatan,” tambah dia. mereka dipaksa pindah tempat tinggal atau kembali ke daerah pedesaan.

Selain itu, jumlah petugas Kesehatan Seksual dan Reproduksi (KSR) berkurang karena dialihkan untuk penanganan Covid-19. Kemudian penghentian program remaja dan HIV karena dana dialihkan untuk penanganan virus corona.

Dampak pada Penderita HIV/AIDS atau ODHA

Dampak berbeda dirasakan oleh para penderita HIV/AIDS atau ODHA. Yakni adanya gangguan untuk mendapatkan obat untuk ODHA  Antiretroviral (ARV), secara teratur.   Layanan mobil VCT gratis berhenti, padahal layanan ini untuk melakukan pencarian atau menemukan penderita HIV/AIDS pada sasaran kelompok beresiko.

“Juga ada gangguan dalam pelayanan HIV,” tutur dia.

Selain itu, juga terjadi pengurangan petugas kesehatan yang signifikan di Poliklinik HIV, dialihkan pada penanganan Covid-19.  Penderita HIV juga takut datang ke Puskesmas, terutama tempat tes Covid-19. Sebab, Immune Compromissed menyebabkan akses yang lebih buruk ke KB dan perawatan pra kelahiran.

Dia menambahkan proses rujukan juga lebih rumit karena ada protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Hal ini memperlambat akses layanan ODHA , termasuk anak yang positif HIV.

“Terakhir menurunnya kegiatan outreach untuk pekerja seks, yang menyebabkan terbatasnya akses terhadap kondom,” papar dia.

Dampak Pada Transpuan atau Waria

Hasil penelitian Linda juga menyebutkan  Waria mendapatkan diskriminasi dalam mengakses bantuan pemerintah. Selain itu, juga hambatan dalam akses ke pendidikan outreach HIV dan dukungan dari pendidik sebaya.

“Aktivitas outreach hanya digelar virtual,” ujar dia.

Bahkan, dampak yang cukup penting adalah tidak adanya akses ke klinik CVT. Kemudian, meningkatknya insiden kekerasan dari publik, seperti kejahatan kebencian.

Mereka yang bekerja sebagai pekerja seks, mengalami hambatan dalam mengakses kondom dan program HIV. Para pekerja seks tersebut membutuhkan kondom gratis yang disediakan pemerintah.

Dampak Pandemi pada Remaja

Dampak pandemi Covid-19 pada remaja juga kerap terjadi sejak wabah ini melanda. Diantaranya, kurangnya tempat aman bagi remaja selama ada pembatasan jarak. Bahkan, kekerasan dalam rumah tanga juga meningkat pada pasangan yang menikah muda.

Bahkan,  juga ada peningkatan kejadian Infeksi Menular Seksual (IMS) di kalangan remaja di Puskesmas Jakarta. Kemudian, menurunnya akses ke klinik atau konseling ramah remaja.”Istilah dari Puskesmas, program Penyuluhan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) tidak  berjalan,”ujar dia.

Linda juga menemukan dampak lain yakni tingkat kehadiran perawatan prenatal lebih rendah untuk perempuan muda. Selain  itu, juga terjadi penurunan akses layanan aborsi yang aman untuk perempuan muda di sektor swasta.

Solusi yang Ditawarkan

Untuk itu, ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh pemerintah, komunitas maupun  organisasi berbasis masyarakat guna mengatasi berbagai permasalahan itu. Pertama, advokasi untuk menjaga persediaan ARV tetap tinggi.

“ODHA juga berbagi ARV dengan temannya sampai persediaan normal,” ucap dia.

Selain itu, organisasi berbasis masyarakat juga perlu mendistribusikan sembako dan menggalang dana.  Kemudian perlunya konseling outreach dan pelatihan virtual untuk pekerja seks.  Selanjuntnya, merubah pola distribusi kondom untuk pekerja seks.

Linda juga menyarankan agar pemerintah menambahkan ARV ke katalog obat esensial. Puskesmas mengirimkan pasokan ARV ke ODHA yang telah pindah ke pedesaan atau yang tidak memiliki akses tranportasi.

Selain itu, juga perlu penyediaan konseling virtual untuk ODHA dan konseling rutin untuk manajemen ARV yang dilakukan secar online. “Pemerintah  juga berencana untuk menimbun KB dan mulai produksi lokal KB,” papar dia.

Protokol COvid-19 diperkenalkan pada ibu hamil. Pemerintah juga perlu merubah aturan pembuatan KTP atau identitas bagi transpuan agar lebih mudah.  (Bs)

Comment2,186 views
  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published.