Jember, kuasarakyat.com – Indonesia pada umumnya dan Jember pada khususnya, saat ini memasuki bonus demografi, hal ini terkait dengan peningkatan jumlah penduduk, namun, apakah perkembangan penduduk ini bisa dikatakan sebagai bonus demografi atau justru menjadi ancaman?
Hal ini yang menjadi bahasan materi dalam Talkshow dan workshop bertajuk ‘Gerakan Nasional Revolusi Mental’ Peningkatan Etos Kerja Kader Komunitas Menuju Indonesia Maju, Indonesia Sehat dan Bebas Stunting, yang digelar oleh Yayasan Bhanu Yasa Sejahtera (Yabhysa) Jember pada Senin (16/10/2023) di aula Hotel Rembangan Jember.
Acara yang di ikuti oleh puluhan Kader perempuan se Kabupaten Jember ini, menghadirkan nara sumber diantaranya M. Khoirul Muttaqin, Staf Khusus Kementerian Koordinator PMK RI , dr. Dandy Candra M. Kes koordinator Bidang Layanan Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, Hendra Wahyudi Direktur PT. Soekrim Djariyah Wangi Timur yang juga penerbit dari media www.kuasarakyat.com, serta Teguh Wijaya salah satu pelaku usaha di Jember.
“Saat ini Jember masuk dalam kategori penyumbang angka stunting tertinggi nomor 2 di Jawa Timur setelah Malang, hal ini sesuai data Kemenkes (Kementerian Kesehatan) melalui poling SSGI (Survei Status Gizi Indonesia) per Februari, padahal, saat ini Jember khususnya dan Indonesia pada umumnya, sedang mengalami bonus Demografi, dan di sejumlah kabupaten besar, dengan jumlah penduduk yang besar, menjadi daerah yang memiliki kontribusi besar dalam pendataan angka stunting, angkanya tembus 34,9 persen,” ujar Khoirul Muhtadin.
Khoirul Muhtadin menjelaskan, bahwa saat ini Indonesia pada umumnya, termasuk kabupaten Jember, menghadapi bonus demografi, dimana saat usia produktif penduduk indonesia meningkat cukup pesat, dan Indonesia sedang memasuki masa ke emasan.
Namun bonus demografi ini, bisa menjadi ancaman di masa mendatang, jika kuntitas masyarakatnya tidak diimbangi dengan kualitas, dalam hal ini pemerintah dituntut untuk menjadikan masyarakatnya menjadi masyarakat yang produktif.
“Kalau momentum ini hanya dianggap berlalu, tanpa ada peningkatan kualitas, maka di masa mendatang, kita hanya akan menjadi pangsa pasar negara maju, kita sebagai negara komsutif, ya kalau ada uangnya tidak masalah menjadi negara konsumtif, tapi kalau tidak ada uangnya, maka kita akan menjadi negara miskin,” jelasnya.
Selain itu, angka stunting di masyarakat, juga menjadi penyebab demografi bukan lagi sebuha bonus tapi akan menjadi ancaman, jika tidak ditangani secara serius, dan pencegahan angka stunting, menjadi tanggung jawab semua pihak, dan solusinya adalah dengan menciptakan manusia atau masyarakatnya menjadi manusia yang produktif.
“Dengan meningkatkan manusia yang produktif, maka kemiskinan akan terhapus, dan penyebab stunting, salah satunya juga berasal dari kemiskinan itu sendiri, selain juga ada faktor lain seperti pernikahan dini, maupun perceraian,” ujar Miftahudin.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Dr. Dandy Candra M. Kes dari Dinas Kesehatan, bahwa banyak faktor menjadi penyebab timbulnya angka stunting terhadap anak-anak di Indonesia, terutama di Jember, selai n faktor kemiskinan dan juga pernikahan dini.
Oleh karenanya, diperlukan pencegahannya, dengan memberikan pemenuhan gizi kepada bayi, terutama di 1000 hari kehidupan pertama nya, tidak hanya itu, ibu bayi, juga harus terpenuhi gizinya, tidak hanya saat hamil saja, tapi saat mereka masih menjadi calon ibu.
“Jika stunting ini bisa di kendalikan, maka akan muncul generasi-generasi cerdas, dan tentunya, demografi benar-benar bukan lagi ancaman, tapi sebuah bonus, oleh karenanya, penanganan stunting harus melibatkan semua pihak, tidak bisa pemerinsah sendirian, harus ada campur tangan pihak lain, salah satunya keterlibatan kader-kader dalam memberikan edukasi ke masyarakat,” pungkas Dandy. (Ma)