Jember, Kuasarakyat.com – Kisah pilu seorang remaja di kabupaten Jember ini, nampaknya bisa jadi introspeksi diri kita yang masih beruntung. Bagaimana tidak, di usia remaja dirinya harus menanggung beban layaknya orang tua. Adalah Lailatul Fitriah (17) remaja perempuan asal Dusun Krajan Tengah, Desa Curah Lele, Kecamatan Balung, Jember, hidup dalam kemiskinan, bahkan dirinya harus mengasuh sekaligus ketiga orang adiknya.
Diantaranya, Ahmad Ali Murtadho (10), dan adik kembarnya Fahira Dira Sumaila (3) serta Sahira Fazila Aurelia (3).
Untuk kehidupan sehari-hari, diketahui perempuan yang duduk di bangku kelas 3 SMA itu, dan juga tiga orang adiknya, selalu menumpang hidup di tetangga belakang rumahnya.
Tidak hanya dibantu biaya hidup, karena rumah tempat tinggal remaja perempuan yang akrab disapa Fitri ini tidak layak huni.
Fitri dan 3 orang adiknya juga tidur menumpang di rumah tetangganya. Hanya dari pagi sampai sore hari. Fitri dibantu adiknya, membersihkan dan merawat rumahnya.
“Rumah saya kondisinya seperti ini pak, tidak layak huni, jendela kamar, pintu-pintu, bahkan juga kusen kaca banyak yang rusak dimakan rayap. Atap rumah juga banyak yang rusak. Kamar depan sudah ambrol internitnya, ruang tengah rumah juga mau ambrol internitnya yang dari gedek ,” kata Fitri saat dikonfirmasi di rumahnya, Jumat (6/1/2023).
Sehingga dengan kondisi itu, kata Fitri, dia dan adiknya merasa beruntung bisa numpang tidur kalau malam hari di rumah tetangga belakang rumahnya.
“Dulu saya pernah tetap tidur di rumah sama adik-adik. Tiba-tiba ada seperti orang laki-laki sudah masuk di dalam rumah. Saya teriak dan orang itu kabur. Kalau saya berhadapan sama mahluk halus mungkin berani, tapi kalau sama orang saya takut,” katanya sambil gemetar.
Untuk biaya hidup, lanjut Fitri, dirinya mengaku belum mendapat kiriman uang dari ibunya yang bekerja sebagai TKW di Malaysia.
“Ibu kerja TKW karena untuk nambah penghasilan, juga untuk mencari uang buat perbaikan rumah. Jadi terpaksa ke Malaysia. Tapi karena ibu masih kurang lebih 3 bulan kerja, dua bulan pelatihan dan baru sebulan dapat kerja di rumah majikannya. Ibu belum bisa kirim uang. Uangnya masih dipakai buat bayar biaya utang ke luar negeri. Setelah 6 bulan katanya baru bisa kirim uang, dengan potong gaji,” tuturnya.
Untuk hidup sehari-hari, lanjut Fitri, sebelum berangkat ibu ngasih saya uang Rp 1 juta. Tapi sudah habis karena buat adik-adik. Sisanya ia mengaku diberi pinjaman oleh tetangga belakang rumahnya yang bernama Siti Muarofah.
“Saya dapat Rp 10-15 ribu per hari buat beli lauk, itu harus cukup buat saya dan adik-adik,” sambungnya.
Terpisah, Siti Muarofah tetangga belakang rumah Fitri, membenarkan tentang kondisi yang dialami 4 anak kurang beruntung itu.
Kata perempuan yang akrab disapa Rofah ini, karena kasihan dan kebetulan sang suami juga sedang bekerja merantau di Sumatra. Dirinya bersedia membantu merawat Fitri dan 3 orang adiknya itu.
“Saya merawat sejak uminya (Fitri) berangkat ke Malaysia, sudah hampir 4 bulan. Waktu berangkat memang titip ke saya,” kata Rofah saat dikonfirmasi oleh Kuasarakyat.com dirumahnya.
“Suami saya kebetulan kerja di peternakan, merantau di Sumatera. Jadi saya bantu merawat Fitri dan adik-adiknya. Satu masih SD kelas 5, yang dua lagi masih PAUD. Untuk biaya sekolah Alhamdulillah ada relawan yang membantu,” sambungnya.
Terkait merawat Fitri dan 3 orang adiknya, diakui Rofah, jika untuk biaya hidup, ditanggung oleh dirinya.
“Kata ibunya memang pinjam uang, ya saya bantu semampu saya. Tiap hari kadang-kadang Rp 10 ribu, kadang Rp 15 ribu. Tapi kalau beras dan gas habis bisa Rp 50 ribu lebih. Itu utang, yang nanti katanya akan dibayar ibunya kalau sudah bisa kirim uang. Saya membantu sebatas kemampuan saya,” tutupnya. (Gusti)