Jember, kuasarakyat.com – Perayaan Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili, yang bertempat di Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) atau Klenteng Pay Lien San Desa Jubung/Glagahwero, Kecamatan Sukorambi, Jember. Diikuti beberapa Warga Tionghoa yang berada di Jember.
Dalam hari perayaan yang dilaksanakan setiap tahun tersebut, disediakan beberapa suguhan makanan khas Tionghoa, diantaranya Ronde dan Misoa. Dua makanan tersebut memiliki arti tersendiri bagi Warga Tionghoa.
“Untuk hidangan ada Misoa itu maknanya supaya panjang umur. Kalau untuk ronde juga sama, karena manis. Jadi Imlek itu harus makan yang manis-manis, supaya kedepannya selalu manis perjalanan hidupnya,” ujar Ahli Spiritual dan Wakil Ketua Klenteng TITD Pay Lien San Kanjeng Hendry, saat dikonfirmasi saat pelaksanaan Imlek, Rabu (29/01/2025).
“Supaya nanti ke depannya bisa diberkati, harmonis. Makanya kan kenapa hidangannya manis-manis, seperti permen, kue, buah juga,” sambungnya.
Hendry juga mengatakan, hidangan Ronde dan Misoa tersebut, dulunya merupakan sajian khusus bagi para dewa.
“Sesudah itu diberikan kepada umat yang tertua. Biasanya juga ada telur ayam dan kacang tanah. Tentunya setiap tahun harus ada hidangan khusus, seperti Ronde dan Misoa,” ungkapnya.
Kedua hidangan khusus tersebut, lanjut Pria yang memiliki nama Tionghoa Lie Kwok Bin tersebut, dibuat dengan bahan yang sama.
“Keduanya dibuat dari tepung beras, kalau untuk Ronde dalamnya diisi kacang dan warnanya berbeda-beda. Tapi memang pembuatannya harus dioleh dengan orang yang bisa mengolah. Soalnya kalau tidak bisa mengolahnya, nantinya akan benyek (lembek),” ulasnya.
“Karena ada maknanya sendiri, yang merah itu artinya keberuntungan, untuk putih itu kesucian. Untuk penyajiannya dengan kuah jahe, karena di musim semi inikan supaya menghangatkan tubuh kita,” sambungnya.
Sementara itu, Ketua Klenteng TITD Pay Lien San, Hery Novem Stadiono mengatakan, Imlek tahun ini mimiliki makna Tahun Ular Kayu, dimana ia berpesan kepada masyarakat untuk terus berinovasi.
“Dalam bidang apapun, bidang usaha, atau bidang media ini. Nah, itu pandai-pandai berinovasi karena tahun Ular Kayu ini sebetulnya kayunya itu unsurnya bagus, yaitu kokoh, artinya mempunyai pedoman yang tanpa roboh,” ungkapnya.
“Nah kalau Shionya ular, ular itu simbol binatang yang menunggu, sifatnya menunggu mangsa. kalau kita ikut shionya, kita enggak mau inovasi, ya mungkin tertinggal. Shio ular itu hanya menunggu momen-momen menguntungkan saja. Kalau menguntungkan itu datang. Tapi kalau nggak datang kan menunggu terus. Nah makanya pesan saya supaya pandai-pandai berinovasi untuk tahun ular ini,” sambungnya. (Rio)