JEMBER, Kuasarakyat.com – Populasi penduduk Indonesia mulai didominasi oleh generasi milenial dan post milenial. Bahkan jumlahnya tercatat sebanyak 173,31juta jiwa atau 64,69 persen. Sedangkan generasi tua atau generasi X dan boomer sebanyak 94.69 juta atau 35,31 persen.
Melihat perkembangan populasi penduduk tersebut, Kepala BKKBN dr. Hasto Wardoyo menilai tantangan program Keluarga Berencana (KB) ke depan cukup beragam. Salah satunya tingginya angka kekerasan seksual pada anak. Padahal, remaja pada usia produktif akan mendominasi penduduk Indonesia.
“Masalah kesehatan reproduksi seksualitas menjadi hal serius untuk diselesaikan,” kata dia saat menjadi pembicara dalam webinar pertemuan ilmiah keluarga berencana dan kesehatan reproduksi yang diselenggarakan oleh Pusat Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan, UGM bersama dengan Rutgers Indonesia Rabu (30/6/2021).
Dia menjelaskan fenomena kasus kekerasan seksual terjadi di tempat yang sangat menyedihkan, seperti di sekolah, SD, SMP dan SMA. Bahkan, Komnas perempuan mencatat kasus kekerasan pada anak perempuan yang cukup besar.
“Begitu juga dengan kekerasan seksual secara online, Ini menjadi tantangan yang serius,” tambah dia.
Dia menilai pendidikan seksual masih dianggap tabu untuk dibicarakan di kalangan masyarakat. Padahal, pengenalan seksualitas bagi anak remaja seharusnya bukan dipersepsikan sebagai pelajaran seksual intercourse. Namun hanya pengenalan organ reproduksi, menjaganya agar menjadi generasi yang sehat.
Hasto menambahkan hak mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi sangat penting. Dia mencontohkan kasus keterbatasan informasi pendidikan kesehatan reproduksi. Yakni ada warga yang sebenarnya laki-laki namun dirawat seperti perempuan.
“Ada anak laki laki yang dikira sebagai perempuan, baru diketahui setelah dewasa,” papar dia.
Dia menilai Banyak akibat tidak adanya edukasi terkait kesehatan reproduksi, maka ber resiko untuk pernikahan dini, stunting, aborsi, hiv/aid, narkoba, kehamilan tidakdiinginan, penyakit menular dan lainnya.
Untuk itulah, para remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi seiring dengan perliku seksualitas yang semakin maju. “Namun, pengetahuan yang tidak maju ini snagat menyedihkan,” papar dia.
Sejauh ini, kata dia, BKKBN melakukan edukasi kesehatan reproduksi dengan beberapa cara. Seperrti menjadi sahabat remaja dan sahabat keluarga. BKKBN juga melakukan rebranding dengan jargon berencana keren.
“Tidak hanya melalui duta genre, tapi juga merangkul kelompok broken home,” tutur dia. (Bs)