Di era digital yang serba cepat, mahasiswa dihadapi berbagai pilihan dalam mengembangkan diri di luar akademik. Dua pilihan ini seing muncul adalah bekerja sebagai freelancer atau aktif dalam organisasi. Ke duanya memiliki manfaat yang berbeda dan memberikan pengalaman berharga, akan tetapi itu semua tergantung dari mana yang lebih baik untuk masa depan
Di satu sisi, bekerja sebagai freelancer menawarkan fleksibilitas waktu dan peluang penghasilan sejak dini. Dengan ini mahasiswa bisa mendapatkan proyek dari berbagai platform global tanpa harus terikat pada jadwal kerja konvesional. Yang dimana ini biasanya berorientasi pada skill-bassed economy, seperti desain grafis dan coppywriting atau coding menjadi modal utama. Dengan ini mahasiswa dengan mudah membangun portofolio sebelumterjun di dunia kerja.
Di sisi lain, organisasi mahasiswa memberi tawaran pengalaman luas dalam hal membangun jejaring dan mengasah soft skills, seperti kepemimpinan,komunikasi, serta banyak hal lainnya. Dengan bergabungnya organisasi ekstra memungkinkan mahasiswa dapat memahami dinamika kerja dalam kelompok, menyusun strategi, dan menyelesaikan konflik -hal-hal yang dibutuhkan dalam dunia kerja maupun bisnis.juga jejaring yang terbangun dalam organisasi seringkali membuka kesempatan kerja yang lebih luas setelah lulus.
Menurut artikel di forbes,
“Freelance dapat menjadikan pilihan yang tepat untuk mereka yang ingin memiliki fleksibilitas waktu dan kebebasan dalam memilih proyek. Akan tetapi freelance juga memiliki resiko seperti halnya ketidak pastian pendapatan dan kurangnya jaminan kesehatan.”(sumber:forbes,”the pros and cons of freelancing”)
Menurut artikel di Entrepreneur,
“investasi jejaring dengan organisasi ekstra dapat menjadikan pilihan yang tepat untuk mereka yang ingin memiliki jaringan yang luas dan ingin membangun karir yang stabil. Namun, perlu dipahami bahwa investasi jejaring juga memiliki resiko seperti biaya yang mahal dan kurangnya jaminan keberhasilan.”