Jelang Liburan, Kiai Zuhri Ingatkan Tanggung Jawab Santri di Masyarakat

Comment1,378 views
  • Share

Probolinggo, Kuasarakyat.com – “Kita adalah duta pesantren di masyarakat, orang akan melihat pesantren dan pondok ini dari perilaku kita saat liburan di kampung halaman nanti.” Petikan taujihat KH. Moh. Zuhri Zaini, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid, pada acara pengarahan pengasuh menjelang Libur Bulan Ramadan dan Idul Fitri 1445 H, Senin (25/03).

Ia juga menegaskan bahwa liburan hanya sekadar berganti kegiatan dan suasana. Tanpa harus meninggalkan amaliyah yang istiqomah dilakukan selama di pesantren.

“Ilmu dan pendidikan yang kita dapat di pesantren harus diterapkan di rumah, meskipun tidak sama persis. Misalnya, kalau di sini wiridan dari maghrib sampai isya’. Kalau di rumah misal tidak selama itu. Ga papa. Tapi tolong jangan tinggalkan wiridan itu,” terang beliau.

Sebab, lanjut beliau, kita dipondokkan oleh orang tua, selain untuk menimba ilmu agama, disamping juga ilmu umum. Adalah untuk mendapatkan lingkungan yang baik dan membina karakter. Sehingga perubahan-perubahan yang lebih baik itu diharapkan oleh orang tua kita.

“Insya Allah kalau kita lebih baik setelah pulang pondok, akan menjadi dakwah tersendiri. Orang-orang akan senang memondokkan putra-putrinya ke pesantren,” imbuhnya.

Dengan demikian, Kiai Zuhri menganjurkan santri untuk disiplin memaksimalkan waktu, selektif dalam laku bergaul, dan menjadi orang cerdas yang dapat mengontrol nafsu.

“Kita harus belajar disiplin menghargai waktu, sebab waktu itu modal kita. Sebagaimana kata Imam Ghazali dalam kitab Bidayatul Hidayah: umruka ra’su malika. Umurmu adalah modal hidupmu. Nikmat waktu dan tambahan umur yang barokah ini sangat berharga. Sangat mahal,” terangnya.

Disamping itu, Kiai Zuhri juga menekankan santri agar memanfaatkan waktu untuk belajar bergaul dengan baik terhadap keluarga dan masyarakat. Sebab, dawuh beliau, bergaul itu penting dengan menjaga adab dan tata krama.

“Kita harus bisa mandiri untuk membatasi diri dan memilih lingkungan yang baik. Mungkin kita akan bertemu dengan teman-teman lama, tapi tolong aturan-aturan yang kita dapat di pondok, aturan pesantren dan aturan agama itu terus kita bawa. Tetap jangan melupakan teman-teman kita. Tapi tentu harus ada perubahan setelah kita mondok ini,” jelas beliau.

Pergaulan itu sangat berpengaruh, lanjutnya, telur yang semula tidak asin, kemudian diletakkan di air asin. Sehari saja sudah bisa asin. Itu telur yang tidak punya jiwa seperti kita. Sementara kita, punya jiwa yang mudah terpengaruh.

“Karena itu, jadilah orang cerdas yang bisa mengendalikan nafsunya, bisa membedakan mana baik dan buruk, dan bisa memilih yang baik dan meninggalkan yang buruk. Sabda nabi, al-kayyisu man daana nafsahu, wa amila limaa badal maut. Jadilah orang cerdas yang bisa mengendalikan nafsu dengan menyadari bahwa dia akan meninggalkan dunia ini dan akan mencari bekal sesudah kita mati di akhirat. Di pondok kita mencari bekal untuk pulang ke rumah. Tapi di rumah itu juga sementara, kita akan pulang lagi ke akhirat,” pungkas beliau.

Comment1,378 views
  • Share

Leave a Reply

Your email address will not be published.