Oleh Moch Eksan
Kuala Lumpur adalah Ibu Kota Malaysia yang menyimpan tour memorial bagi pengurus DPW Partai NasDem Jawa Timur. Ini perjalanan perdana bagi sebagian besar punggawa partai besutan Surya Paloh.
Saya belum pernah ke KL kecuali transit pada saat melaksanakan Ibadah Umroh pada 2017. Semula saya kenal Malaysia dari Bandara Internasional, baru tour sepekan lalu, saya menginjakkan kaki di Kerajaan Persekutuan Malaysia.
Malaysia ternyata didominasi oleh tiga etnis besar. Bumiputera dan Melayu (69,7 persen), China (22,9 persen) dan India (6,6 persen). Sisanya 0,8 persen dari etnis lain. Di berbagai tempat umum, 3 etnis dengan mudah dijumpai dari ciri fisik.
Mayoritas penduduk Malaysia beragama Islam (63,5 persen), Budhisme (18,7 persen), Kekristenan (9,1 persen), Hinduisme (6,1 persen), dan lain-lain (2,7 persen). Islam adalah agama resmi yang diakui oleh kerajaan.
Kendati Malaysia Kerajaan Islam, jumlah masjid taklah sebanyak Indonesia. Pada 2017, Masjid di Malaysia sebanyak 6.262 buah. Dan Surau di negeri Jiran ini sejumlah 676 buah. Total rumah ibadah muslim tersebut berpengaruh terhadap suara adzan yang hanya terdengar sayup-sayup.
Dari Taragon Putri Bintang rombongan bermalam, di lantai 12, suara adzan itu tak terdengar dengan jelas, hatta adzan sholat subuh. Bahkan pada awal bermalam, ada anggota rombongan sholat subuh sebelum tiba waktunya. Sebab, jadwal subuh di KL jam 6.10 waktu setempat.
Yang mencolok justru nuansa peringatan tahun Imlek sudah dihadirkan di berbagai tempat perbelanjaan dan tempat umum. Nuansa merah menghiasi spot-spot penting sebagai penghormatan bagi kehadiran tahun baru China.
Papan nama kantor pemerintah, pertokoan dan papan reklame lain, rerata bertuliskan tiga jenis huruf. Latin, Arab dan China. Hal ini merupakan perwujudan kebersamaan kultural dalam membangun bangsa. Kebersamaan ini menjadi modal sinergi, kolaborasi dan akselerasi dari pembangunan manusia dan ekonomi Malaysia.
Terbukti, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Malaysia tergolong sangat tinggi dengan angka 0,803. Peringkatnya berada pada ke-62 dari negara-negara di dunia. Sementara, IPM Indonesia tergolong tinggi dengan angka 0,713. Peringkatnya berada pada ke-112 dari negara seantero jagad.
Pendapatan per kapita penduduk Malaysia per tahun sebesar 13.268 dollar AS. Ini masuk pada perikat ke-66 dari negara-negara sedunia. Sedangkan, pendapatan per kapita penduduk Indonesia dalam setahun sebesar 4.980 dollar AS. Ini masuk pada peringkat ke-118 negara di dunia internasional.
Dari berbagai fakta dan data di atas memberikan pesan bahwa kebersamaan itu sangat penting bagi capaian prestasi gemilang bagi suatu bangsa. Apalagi, bagi kemajuan partai sebagai pilar penyanggah demokrasi, tentu, kebersamaan mutlak bagi kemajuan partai dalam meraih kemenangan.
Pada saat menyampaikan sambutan welcome lunch di Pelita Nasi Kandar Kuala Lumpur, Ketua DPW NasDem Jatim, Hj Lita Machfud Arifin mengatakan bahwa tour ke Malaysia ini untuk membangun kebersamaan antara pengurus untuk menghadapi tugas politik dan kepartaian setahun kedepan. Setelah, DPW NasDem mengukir sukses pada Pileg dan Pilkada 2024.
NasDem Jatim menginginkan peningkatan jumlah kursi DPR RI, DPRD Propinsi dan DPRD Kabupaten/Kota. Sekurang-kurangnya semua daerah pemilihan terisi sehingga NasDem Jatim bisa menjadi lumbung suara bagi NasDem nasional.
Dengan kebersamaan yang terbina dan terjalin dengan baik, maka tekad diawali dari bara Pan Malaya para kesatria Sriwijaya dan Majapahit yang menaklukkan Semenanjung Malaya. Seperti pidato Ketua Umum DPP NasDem, Surya Paloh di Universitas Kebangsaan Malaysia pada Rabu, 30 Maret 2016 dengan tema “Restorasi Spirit Pan Malaya”.
Surya Paloh menyatakan, “Secara sederhana saya katakan, kita ini adalah ‘saudara paling dekat’ di antara negara-negara ASEAN lainnya. Bukan hanya dalam pergaulan sehari-hari tapi juga dengan bahasa yang hampir bisa dibilang sama, inilah modal penting dalam kedekatan Pan Melayu”.
“Kita tahu, tak selamanya hubungan Indonesia-Malaysia harmonis, masih ingat di memori kita hubungan antar negara ini sempat retak. Tapi sekali lagi kita harus tahu, hubungan persaudaraan yang eratlah yang pada akhirnya merekatkan kembali hubungan antar kedua negara”, lanjut Surya Paloh di hadapan para mahasiswa Universitas ternama Malaysia ini.
Kata Surya Paloh, “Indonesia dan Malaysia harus menjadi tulang punggung bagi kepentingan dan stabilitas kawasan. Dalam bingkai perspektif inilah, kita perlu merekatkan upaya kohesi antar dua negara, dua saudara dekat dalam kiprah dinamika ASEAN”.
Jadi, kesamaan sejarah, budaya, psikologis, emosional dan memori antara Indonesia-Malaysia bisa menjadi tulang punggung ASEAN dalam memasuki perdagangan bebas di Trans Pasific Partnership (TPP) dan ASEAN-China Free Trade Agremeent (ACFTA). Agar kedua negara berdaulat secara ekonomi dan tak melulu menjadi pasar bagi produk negara lain.
Disinilah maksud Kakak Lita ditempatkan sebagai kelanjutan doktrin Surya Paloh yang hendak menjadikan restorasi sebagai spirit Pan Malaya. Sengaja atau tidak, tour healing DPW NasDem Jatim untuk menimba spirit restorasi dari masyarakat Malayu yang berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi dan berkepribadian secara budaya.
Alhasil, NasDem bukan hanya alat meraih kekuasaan akan tetapi merupakan wadah pendidikan politik dan kaderisasi bagi seluruh anak bangsa. Bahwa berpartai itu belajar bersama dan bekerjasama untuk mencapai cita-cita pendiri Republik. Kuala Lumpur telah menoreh kebersamaan jiwa untuk meraih cita-cita bersama di bawah kepemimpinan kakak Lita sebagai panglima pemenangan NasDem Jatim.
Moch Eksan adalah Pendiri Eksan Institute
BACA JUGA : https://kuasarakyat.com/tandas-yang-menyesatkan/