Struktur Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) benar-benar multipolar, seperti yang disampaikan oleh Ketua Umum, KH Yahya Chalil Staquf. Terbukti, kepala daerah yang masuk dalam kepengurusan berasal koalisi partai pengusung yang berbeda-beda.
Ada dua gubernur yang ada dalam kabinet PBNU masa khidmat 2022-2027. Antara lain H Herman Deru, SH, MM, gubernur Sumatera Selatan, serta Dra Hj Khofifah Indar Parawansa, MA, gubernur Jawa Timur.
HERMAN DERU
Cek Deru panggilan akrab H Herman Deru, merupakan gubernur merupakan birokrasi yang tercatat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Pemprov Sumsel pada 1987-1998.
Gubernur kelahiran 17 Nopember 1967 ini mengundurkan diri dari PNS, kemudian menjadi bupati Ogan Komuring Ulu (OKU) Timur selama dua periode 2005-2010 dan 2010-2015.
Pada 2018, Cek Deru maju sebagai gubernur Sumsel bersama dengan Khalid Mawardi. Pasangan ini diusung oleh Partai NasDem, PAN dan Hanura dengan total kursi 16 kursi DPRD Provinsi Sumsel.
Kini, Cek Deru merupakan Ketua DPW Partai NasDem Sumsel. Namun, ia tak ujug-ujug masuk ke PBNU, sebab Gubernur NasDem ini sudah aktif di NU sejak 1997. Ia tercatat sebagai wakil bendahara PCNU Palembang.
Jadi, Cek Deru gubernur NasDem yang NU, dan gubernur NU yang NasDem yang dipercayai sebagai Musytasar PBNU bersama dengan 33 para ulama dan tokoh yang lain.
KHOFIFAH INDAR PARAWANSA
Sedangkan, ibu Khofifah panggilan akrab Hj Khofifah Indar Parawansa, merupakan gubernur perempuan pertama di Jatim pernah menjadi anggota DPR RI dari PPP pada 1992-1997 dan 1997-1998, dan DPR RI dari PKB pada 1999.
Dua kali menjadi menteri pada zaman Presiden KH Abdurrahman Wahid sebagai Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan (1999-2001), serta pada waktu Presiden Ir H Joko Widodo sebagai Menteri Sosial (2014-2018).
Pada 2018, perempuan kelahiran 19 Mei 1965 ini maju bersama dengan Dr Emil Dardak, MA. Pasangan ini diusung oleh Partai NasDem, Demokrat, PPP, PAN, Partai Golkar dan Hanura dengan total kursi 42 kursi DPRD Provinsi Jatim.
Ketua PP Muslimat empat periode ini adalah perempuan taguh dan kuat. Baru menjadi gubernur Jatim (2019-2024) setelah tiga kali ikut Pilgub pada 2008, 2013 dan 2018.
Ibu Khofifah merupakan kader NU tulen menapaki karier organisasi mulai dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan PP Muslimat NU. Kini, ia dinobatkan sebagai ketua di Jajaran Tanfidziyah PBNU
Selain dua gubernur aktif di atas, ada juga walikota aktif dan dua orang bupati dua periode. Mereka adalah Drs H Saifullah Yusuf, H Mardani Maming, dan Drs H Amien Said Husni, MA.
SAIFULLAH YUSUF
Gus Ipul panggilan akrab Drs H Saifullah Yusuf merupakan Wali Kota Pasuruan (2021-sekarang) yang memiliki rekam jejak yang panjang di pemerintahan dan parlemen.
Ponakan Gus Dur kelahiran 28 Agustus 1964 pernah menjadi anggota DPR RI dari PDIP (1999-2000), Menteri Menteri Negara Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (2004-2007) pada era Presiden Dr H Susilo Bambang Yudhoyono, MA, Wakil Gubernur Jatim dua periode (2009-2019).
Pada 2020, Ketua Umum GP Ansor dua periode maju bersama Adi Wibowo. Pasangan ini diusung oleh PKB, Golkar, PKS, PAN dan PPP. Kini, Gus Ipul dipercaya sebagai Sekretaris Jenderal PBNU, setelah cukup lama menjadi salah satu jajaran Ketua PBNU semenjak era kepemimpinannya KH Hasyim Muzadi sampai dengan KH Said Aqiel Siradj.
Gus Ipul dijuluki sebagai pendekar muktamar oleh Kiai Miftah. Lantaran keberhasilan sebagai seorang arsitek politik bagi kemenangan Kiai Said maupun Gus Yahya.
Ketua Umum HMI Cabang Jakarta (1990-1992) ini merupakan darah biru NU dari trah KH Bisri Syamsuri salah satu muassis NU. Posisi di NU senantiasa strategis sedari muda sampai sekarang. Ini tak lepas dari talenta organisatoris dari kakak Bupati Pasuruan, Irsyad Yusuf ini.
MARDANI H MAMING
Mas Mardani panggilan akrab Mardani H Maming, SH adalah Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI). Ia mendapat mandat sebagai Bendahara Umum PBNU.
Mas Mardani merupakan Bupati Tanah Bumbu dua periode 2010-2015 dan 2015-2018. Ia kader potensial PDIP yang pernah menjadi anggota DPRD Kabupaten Tanah Bumbu (2009-2010).
CEO PT Batulicin Enam Sembilan ini tercatat sebagai Ketua DPD PDIP Kalimantan Selatan, yang berkarier menjadi Ketua Bapillu di partai moncong putih tersebut.
Putra H Maming, pengusaha Batubara ini menjadi darah segar sebagai tokoh NU yang PDIP dan PDIP yang NU. Ia tergolong sangat muda. Ia kelahiran Batulicin, 17 September 1981. Seorang anak muda yang mendapat gelar Best Achiever in Regional Leaders dari Media Group. Gelar ini diberikan kepada kepala daerah yang terbaik.
Keberadaan Mas Mardani sebagai Bendum PBNU memberi makna no khusus terhadap kepengurusan Kiai Miftah-Gus Yahya. Makna itu adalah kabinet pelangi. Semua pasti menyadari, bahwa satu ormas NU, ragam partai.
AMIN SAID HUSNI
Mas Amin panggilan akrab dari Drs Amin Said Husni, MA adalah Bupati Bondowoso dua periode 2008-2013 dan 2013-2018. Ia pernah menjadi anggota DPR RI dari PKB, dari partai yang juga mengusungnya pada Pilbup Kota Tape.
Mas Amin merupakan santri tulen yang pernah menempa diri di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo dan Pendok Pesantren Tebuireng Jombang. Dari kota berdirinya NU ini, Mas Amin membangun karir organisasi dari daerah sampai nasional.
Tokoh kelahiran Pemekasan, 19 Agustus 1966 pernah menjadi Ketua Umum PMII Cabang Jombang pada 1990-1991. Dan terus masuk pada jajaran PB PMII di era Iqbal Assegaf. Pasca dari PMII, Mas Amin aktif di GP Pemuda Ansor dan pernah menjadi Sekjen di kepengurusan Gus Ipul.
Di sela-sela kesibukannya sebagai kepala daerah, Mas Amin dipilih sebagai ketua IKA PMII Jatim (2016-2021). Sekarang, ia masuk pada jajaran Ketua Tanfidziyah PBNU.
Sebagai administrator handal, Pak Amin sempat diusulkan sebagai Sekjen PBNU oleh Ketua PB IKA PMII, Drs H Ahmad Muqowam. Namun, jabatan tersebut akhirnya dipercayakan Gus Yahya kepada Gus Ipul. Sementara, Pak Amin didapuk sebagai Ketua PBNU.
Sebagai administrator handal, Pak Amin sempat diusulkan sebagai Sekjen PBNU oleh Ketua PB IKA PMII, Drs H Ahmad Muqowam. Namun, jabatan tersebut akhirnya Gus Yahya percayakan kepada Gus Ipul. Sementara, Pak Amin didapuk sebagai Ketua PBNU.
Dari uraian panjang di atas, NU sekarang sangat seksi di mata publik. Banyak yang menunggu pengumum kabinet PBNU untuk melihat implementasi visi Gus Yahya dalam menata konfigurasi struktur PBNU.
Keberadaan kepala daerah pada organisasi ulama ahlussunah waljama’ah ini, memberikan sinyalemen yang kuat, bahwa NU adalah rumah pergerakan kaum nahdliyyin yang lintas partai. Semua partai memiliki jarak yang sama dengan NU. Gus Yahya memilih memasukan para aktivis partai dalam struktur PBNU yang multipolar.
Memang realitasnya, aspirasi politik warga NU beragam. Ada PKB, ada PDIP, ada Golkar, ada NasDem, ada PPP dan ada partai lainnya. Keanekaragaman aspirasi ini merupakan konsekuensi dari besarnya konstituensi NU yang separuh jumlah umat Islam Indonesia.
Akhirnya, saya kutipkan penyataan KH Abdul Wahab Hasbullah, berikut ini: “Mari Menjadikan Nahdataul Ulama sebagai media dakwah, perjuangan dan silaturahim. Dan jangan sampai mencari kebesaran di NU, akan tetapi besarkanlah NU, maka engkau akan menjadi besar. Sebuah kesempurnaan ada pada aksi dan bukti, bukan pada wacana dan janji”.
*Moch Eksan, Pendiri Eksan Institute