Oleh Achmad Sudiyono
Sesungguhnya, pencoblosan hari kemarin sekadar peresmian pemenangan pasangan Fawait-Djoko. Saya dari awal sangat yakin Gus Fawait akan berhasil mendapatkan mandat rakyat Jember. Terbukti, keyakinan ini termasuk haqqul yaqin (keyakinan yang benar).
Menurut Imam Qusyairi, haqqul yaqin merupakan suatu keyakinan tingkat tinggi dalam agama yang melewati dua jenis keyakinan. Yaitu ilmu yaqin (keyakinan berdasarkan pengetahuan) dan ainul yaqin (keyakinan berdasarkan pengalaman).
Jadi, haqqul yakin adalah suatu keyakinan batin berdasarkan pengetahuan dan pengalaman memenangkan pasangan calon dua dekade terakhir.
Gus Fawait merupakan politisi muda yang menjadi “titik temu kepentingan” dari berbagai kelompok yang kecewa dan bosan terhadap kepemimpinan Haji Hendy yang iya tak iya. Banyak pihak memberi kesaksian bahwa menjalin komitmen dengan Sultan Jompo ini sulit. Sulitnya setengah mati.
Sebagai bukti, Haji Hendy tak bisa merawat komunikasi dengan tim serta partai pengusung pada Pilbup 2020 yang telah mengantarkannya ke Pendopo Wahyawibawagraha. Partai pengusungnya sekarang justru berasal dari PDIP yang notabene berseberangan pada Pilbup 2020, Pilpres dan Pileg 2024.
Sedangkan, partai pengusung Haji Hendy bersama Gus Firjaun pada pilbup lalu, malah beralih mendukung Gus Fawait, Seperti Gerindra, NasDem, PKS, PPP, Demokrat dan Hanura.
Gus Fawait bersama tim Laskar Sholawat Nusantara (LSN) juga sebenarnya merupakan mesin pemenangan Hendy-Firjaun yang pecah kongsi di awal bulan madu pemerintahan.
Banyak yang menilai Haji Hendy merupakan sosok pribadi yang kurang bisa berterima kasih. Banyak relawan yang telah mati-matian berjuang dengan harta dan jiwanya, tiba-tiba putus hubungan lantaran tokoh Kampung Ledok ini ingkar janji.
Sementara mereka rela mengeluarkan puluhan atau ratusan juta untuk memenangkan Haji Hendy, ternyata ujung-ujungnya amsyong. Bupati birokrat ini malah lebih banyak memberdayakan anggota keluarganya sendiri daripada orang-orang yang berkeringat memenangkannya.
Disinilah titik balik dari defisit kepercayaan dan dukungan yang diderita oleh Haji Hendy. Sebagai bupati petahana yang mengalami kesulitan mendapatkan rekomendasi partai sampai memperoleh dari PDIP karena berkah keputusan Mahkamah Konstitusi di detik akhir, pasti ada yang salah dalam membangunan relasi dengan partai yang ada.
Haji Hendy mengulangi kesalahan Bupati Faida memperlakukan partai layaknya rentcar (kendaraan sewa) dan bukan mesin pemenangan. Apalagi, keluarga besarnya menunjukkan sinisme pada keberadaan orang partai dianggap mata duitan.
Padahal menurut Prabowo Subianto, partai adalah mesin pemenangan yang paling terlatih dan berpengalaman dalam memobilisasi dukungan masyarakat. Mereka para kesatria yang punya jam terbang tinggi dalam bertarung secara elektoral, baik menang ataupun kalah. Bagi mereka, hal tersebut dianggap lumrah dan biasa.
Sayangnya, Haji Hendy memandang partai politik dengan sebelah mata. Hasilnya sekarang, kontan terasa kekalahannya. Kalah atas figur yang telah ikhlas mendukung serta partai yang mengusung pada pilbup di era pandemi.
Jujur, tiket dari PDIP merupakan perpanjangan waktu dari kekalahan mendapat rekom dari partai parlemen dan non parlemen. Sejatinya, Haji Hendy sudah kalah dari awal. Namun keputusan MK telah menghidupkan kartunya kembali.
Karena itu, Haji Hendy harus belajar berterima kasih, lantaran PDIP, ia bisa maju kendatipun kalah. Tetapi hasil perolehan suaranya sangat baik. Bahkan memecah rekor suara Haji Hendy sendiri.
Pada Pilbup 2024 ini, Haji Hendy memperoleh 496.811 suara. Ini lebih tinggi dari perolehan suaranya pada Pilbup 2020 sebesar 489.794 suara. Selisih 7.017 suara. Jadi, Haji Hendy ini menang atas suara pribadinya.Tapi kalah atas suara lawannya.
Dzat Sang Maha Kuasa sedang menunjukkan bahwa kekuasaan itu bukan soal angka dan selisih jumlah lebih besar dari lawannya dalam pilbup, tapi menyangkut bagian nasib penguasa yang dipersilihgantikan dari umat manusia yang satu ke yang lainnya.
Kini, kemenangan pilbup bagian dari nasib Gus Fawaid yang mendapat giliran untuk mengatur Jember lima tahun mendatang. Waktu yang tersedia harus benar-benar dimanfaatkan untuk meninggalkan legesi terbaik bagi warga Jember.
Semua harus dirangkul untuk membangun Jember. Tentu sesuai dengan porsi dan posisi masing-masing. Wellcome Gus Fawait. Warga Jember menunggu janji kampanyemu, Jember Baru, Jember Maju. Amien…
Achmad Sudiyono adalah Bupati LIRA dan Pembina Wandas Fundation Jember