Oleh Moch Eksan
Di tengah Presiden Prabowo Subianto melakukan kunjungan kerja keluar negeri, Timnas Sepak Bola Indonesia mempersembahkan dua macam gol. Satu gol innalillah dan kedua gol alhamdulillah. Dua gol yang memberikan pesan bertolak belakang dari performa skuad Merah Putih di Stadiun Utama Gelora Bung Karno Jakarta.
Gol innalilah pada saat bola Jepang membobol gawang Indonesia pada Jumat, 15 November 2024. Pertandingan sepakbola kualifikasi Piala Dunia FIFA dimenangkan oleh Jepang atas Indonesia dengan skor 4:0.
Sedangkan, gol alhamdulilah pada saat bola Indonesia menembus gawang Arab Saudi pada Selasa, 19 November 2024. Pertandingan sepakbola kualifikasi Piala Dunia ini dimenangkan oleh Indonesia atas Arab Saudi dengan nilai 2:0.
Kata innalillah dan alhamdulillah ini muncul dari komentator pertandingan dua laga tersebut. Dua kata yang mengekspresikan duka cita dan suka cita. Orang Indonesia biasa mengucap innalillah sewaktu tertimpa musibah. Sebaliknya, penduduk Nusantara mengucapkan Alhamdulillah sesaat menerima nikmat.
Gol Jepang atas gawang Indonesia merupakan musibah besar bagi sepakbola Indonesia. Bahkan, hal itu pertanda nasib kelam daya saing Indonesia di hadapan mata dunia internasional.
Sementara, gol Indonesia atas gawang Arab Saudi merupakan nikmat besar bagi sepakbola Tanah Air. Bahkan, hal itu perlambang masa depan cerah Indonesia di mata penduduk dunia.
Pertandingan sepakbola di Gelora Utama Bung Karno telah menampilkan wajah ganda Indonesia yang transisional dari bertahan ke menyerang. Tentu, pilihan strategi ini terkait dengan penguasaan bola dan pengalaman bermain di liga pertandingan sepakbola seantero jagad.
Indonesia selama ini jauh dengan Jepang dan Arab Saudi. Dua negara ini sudah beberapa kali berpartisipasi dalam turnamen Piala Dunia. Jepang tercatat mulai bermain pada 1998 di Prancis. Sedangkan, Arab Saudi sendiri lebih awal bermain pada 1994 di Amerika Serikat.
Sebenarnya, Indonesia pernah ikut turnamen sepakbola Piala Dunia di Prancis pada 1938. Waktu itu, negeri ini sedang dijajah oleh Hindia Belanda. Dan FIFA mencatat Indonesia merupakan kelanjutan dari Timnas Hindia Belanda.
Sejarah menulis bahwa Timnas Hindia Belanda pertama bertanding dengan Timnas Hungaria. Pertandingan perdana ini dengan skor 6:0 untuk kemenangan Hungaria atas Hindia Belanda.
Pada zaman Bung Karno, Timnas Indonesia pernah masuk babak kualifikasi Piala Dunia FIFA melawan Tiongkok pada 1958. Waktu itu, Indonesia mengalahkan Negeri Tirai Bambu ini. Pada babak selanjutnya Indonesia melawan Israel. Sayang, Indonesia disanksi oleh FIFA lantaran menolak bermain dengan Negara Zionis itu.
Pada zaman Pak Harto, Timnas Indonesia ikut babak kualifikasi Piala Dunia FIFA pada 1973 Zona B. Babak penyisihan ini diikuti oleh Australia, Indonesia dan Irak. Negeri Kangguru yang lolos ke babak selanjutnya, dan Indonesia terpaksa harus puas pada peringkat kedua dengan skor 2-0, serta Irak pada peringkat ketiga dengan skor 1-0.
Tak kurang dari 51 tahun, kondisi Timnas sepakbola Indonesia terpuruk. Alih-alih ikut babak kualifikasi Piala Dunia, melawan Timnas Malaysia dan Thailand saja acapkali keok. Sepakbola Indonesia untuk tingkat Asia Tenggara saja tak mampu banyak bicara.
Di era Prabowo, pemerintah berjanji untuk meningkatkan prestasi sepakbola Indonesia di kancah dunia. Di bawah kepemimpinan Erick Tohir, PSSI mulai tampak membanggakan. Sepakbola bukan sekadar olahraga rakyat tapi industri olahraga yang menjanjikan secara ekonomi.
Sebelum jadi presiden, Prabowo juga turut serta membina sepakbola Indonesia melalui Akademi Sepakbola Garudayaksa untuk mencari bibit unggul. Disamping menggelar Nusantara Open sebagai ajang pertandingan club sepakbola rakyat.
Para pemain terbaik dari akademi dan open turnamen tersebut dikirim oleh Prabowo ke Aspire Academy Qatar untuk mendapatkan pendidikan dan pelatihan sepakbola kelas dunia. Investasi Prabowo ini dikandung maksud untuk berpartisipasi aktif meningkatkan prestasi sepakbola Indonesia.
Semua pasti sepakat, sepakbola sekarang bukan sekadar cabang olahraga, tetapi telah menjadi simbol keunggulan baru yang memberi kebanggaan dan kepercayaan diri bangsa. Bahwasannya, Indonesia adalah bangsa unggul.
Moch Eksan adalah Pendiri Eksan Institute dan Penulis Buku “Kerikil Dibalik Sepatu Anies”.